Jejak Pangeran Wiraguna

Ragunan merupakan sebuah kelurahan di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Kelurahan itu mulai dikenal dan banyak didatangi masyarakat sejak gubernur DKI Ali Sadikin, pada awal 1970-an, membangun kebun binatang di sana menggantikan kebun binatang Cikini yang dijadikan pusat kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM).

Sebelum ada taman margasatwa, penduduk Ragunan masih jarang. Belum terdapat jalan raya yang kini dapat ditempuh dari berbagai jurusan, termasuk bus way. Kini, Taman Margasatwa Ragunan termasuk salah satu tempat rekreasi yang banyak dikunjungi warga Jakarta dan sekitarnya. (more…)

Published in: on January 29, 2008 at 9:36 am  Comments (1)  

Pemberontakan Akhir Tahun

Batavia, Ahad petang, 28 Desember 1721. Dari pintu kota Nieuwpoort (dekat stasion kereta api Jakarta Kota), keluar seorang pemuda Jawa menyeberang ke jembatan Jassenmburg lewat gereja Portugis (depan stasion), menuju Jacatraweg (kini Jl Pangeran Jayakarta).

(more…)

Published in: on January 3, 2008 at 5:48 am  Leave a Comment  

Legenda Jago Silat Sabeni

Para pesilat Indonesia dalam SEA Games ke-24 di Bangkok menjadi juara umum. Dua tahun sebelumnya di Manila berada di urutan kedua setelah Vietnam. Padahal, para pesilat Vietnam mahir dalam ilmu bela diri ini setelah mendapat latihan dan bimbingan dari pelatih Indonesia.

Beberapa waktu lalu pernah ada usul agar pencak silat diikutsertakan dalam Olympiade. Bila usulan ini diterima, para pesilat Indonesia diharapkan bisa mempersembahkan medali emas bagi negaranya. Tapi, pencak silat sekarang ini telah berkembang di sejumlah negara termasuk di Eropa juga setelah mereka belajar dari para pesilat kita.

Bagi warga Betawi, main pencak silat adalah suatu kemustian. Pada tempo doeloe hampir di tiap kampung terdapat pendekar silat. Mereka sangat disegani, karena tingkah lakunya yang terpuji. Mereka menggunakan ilmu bela dirinya untuk amar ma’fur nahi munkar mengajar manusia ke jalan kebaikan dan mencegah kezaliman. Jauh dari tingkah laku para preman sekarang, yang main palak dan peres dengan kejamnya.

(more…)

Published in: on December 24, 2007 at 5:32 pm  Leave a Comment  

Capitol di Sluisburg

Masjid Istiqlal (Kemerdekaan) merupakan salah satu masjid termegah di Asia. Masjid berketinggian 6.666 cm atau hampir 70 meter (diambil dari jumlah ayat Alquran) itu paling banyak dikunjungi kaum Muslimin di Jakarta. Tiap shalat Jumat, tidak kurang dari 2.000 hingga 2.500 jamaah shalat di masjid ini. Sedangkan pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha jumlahnya membludak hingga mencapai 250-300 ribu jamaah.

Dengan dibangunnya Istiqlal runtuhlah benteng peninggalan Belanda yang terletak di Wilhelmina Park dan dibangun untuk menghormati Ratu Wilhelmina yang lahir pada 31 Agustus 1898. Ia adalah nenek Ratu Beatrix. Orang Betawi dulu menyebutnya ‘gedung tanah’ karena, menurut cerita, di sini terdapat benteng atau terowongan bawah tanah (bunker) yang konon sampai ke benteng Kompeni di Pasar Ikan.

Di depan Istiqlal terdapat pintu air untuk mengendalikan kanal dari Molenvliet (Harmoni) yang dibelokkan ke arah Noordwijk (Jl Juanda), Risjwijk (Jl Veteran), terus ke Pasar Baru dan Gunung Sahari. Pada zaman Belanda, pintu air disebut sluisburg, yang juga menjadi nama jalan waktu itu. Baru setelah kemerdekaan diganti menjadi Jl Pintu Air. Dulu di sini merupakan daerah elite yang banyak dihuni orang Belanda. Kemudian, pada tahun 1920-an, juga dibangun kawasan Menteng untuk warga Belanda yang makin banyak berdatangan ke Batavia. (more…)

Published in: on December 17, 2007 at 2:33 pm  Leave a Comment  

‘Kota Hantu’ Batavia

Couperus, seorang pendatang dari Belanda, begitu turun dari kapal di pelabuhan Sunda Kalapa pada 1815 menyaksikan bahwa Batavia yang sebelumnya mendapat predikat ‘ratu dari timur’ telah berubah seolah-olah merupakan kota hantu.

Lalu dia menjelajahi Princenstraat yang kini telah menjadi Jl Cengkeh, sebelah utara Kantor Pos, Jakarta Kota. Dia mendapati beberapa gedung di kota tua telah dihancurkan rata dengan tanah termasuk Istana Gubernur Jenderal, gedung yang cukup megah ketika itu.

Penghancuran itu dilakukan oleh gubernur jenderal Willem Herman Daendels pada tahun 1808 ketika memindahkan pusat kota ke Weltevreden (Gambir dan Lapangan Banteng) yang jaraknya sekitar 15 km selatan kota tua. Pemindahan dilakukan karena pusat kota di tepi pantai itu telah menjadi sarang penyakit. Ada yang menyebutkan ‘kuburan’ orang Belanda. (more…)

Published in: on December 10, 2007 at 12:53 pm  Leave a Comment